Salah sarian yang disajikan dalam upacara adat Tulude – sangihehespice.com
Gorontalo, Jubi – Ribuan orang di Desa Karangetang Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato, menggelar tradisi adat Tulude.
Tulude merupakan tradisi warga Sangihe, Sulawesi Utara, sebagai cara untuk mensyukuri hasil panen selama setahun, serta menyambut tahun baru dengan penuh suka cita.
Ketua Adat Sangihe Pohuwato, Erik Kasombang, mengatakan Tulude juga berarti menata kembali masa depan.
Kali ini Tulude mengambil tema “Dal Ro Tampa Ake, Ake Pung Tatumbiahe” yang berarti hutan mendatangkan air, air sumber kehidupan.
“Kami merasa penting untuk selalu menjaga hutan untuk sumber kehidupan masa depan dan menjaganya dengan kearifan adat,” katanya.
Kepala Desa Karangetang, Simon Panamba mengatakan kedatangan warga Sangihe di Pohuwato, karena menyelamatkan diri dari letusan Gunung Api Karangetang di Pulau Siau Sulawesi Utara sekitar tahun 1947.
Sebagian besar warga Karangetang berasal dari suku Sangihe.
Desa ini berbatasan langsung dengan kawasan hutan dan warga setempat tergantung pada sumber daya alam di sekitarnya.
Manajer Program Burung Indonesia di Gorontalo, Amsurya, mengatakan pihaknya mendukung pelestarian hutan dengan kearifan lokal seperti Tulude, yang disajikan dengan berbagai kegiatan budaya.
Masyarakat Karangetang yang dulu memburu satwa yang dilindungi untuk dikonsumsi, kini menahan diri karena menyadari pentingnya peran satwa tersebut dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
“Komitmen ini sudah mereka tuangkan dalam satu kesepakatan oleh masyarakat desa yang disebut dengan KPAD yakni Kesepakatan Pelestarian Alam Desa,” katanya.
KPAD ditandatangani pemerintah desa, BPD, Camat setempat dan akan ditandatangani oleh Bupati sebagai bentuk dukungan Pemerintah Kabupaten.
Karangetang bersama dua desa lainnya yakni Padeng dan Karya Baru merupakan wilayah prioritas Program Burung Indonesia, dalam pengelolaan bentang alam berkelanjutan dan Restorasi Ekosistem di Gorontalo. (*)