
Para TKI yang mengikuti program perkuliahan di UT mengeluarkan biaya sendiri.
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Beijing, Jubi – Sebanyak 86 pekerja migran Indonesia di Hong Kong berhasil meraih gelar sarjana S-1 dari Universitas Terbuka (UT). Ia mencatat sebanyak 233 mahasiswa UT yang didominasi para pekerja perempuan Indonesia itu mengikuti ujian semester menjelang akhir tahun lalu.
“Sejak UT dibuka pada tahun 2014, sampai saat ini sudah mewisuda 86 PMI di Hong Kong,” kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar RI di Beijing Yaya Sutarya kepada Antara di Beijing, Jumat, (3/1/2020).
Baca juga : Pekerja migran di Papua Nugini dan Pasifik belum terlindungi
Dua pekerja migran asal NTT kembali meninggal
Banyak perempuan asal Sigi jadi buruh migran unprosedural
Mereka menempuh berbagai disiplin pendidikan jenjang S-1 di Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FHISIP) dan Fakultas Ekonomi dengan enam jurusan, yakni Sastra Inggris, Hukum, Komunikasi, Administrasi Bisnis, Akuntansi, dan Manajemen. Atdikbud KBRI Beijing yang tugasnya melingkupi China, Hong Kong, Makau, dan Mongolia itu akan terus membantu meningkatkan jumlah mahasiswa UT.
“Kalau dihitung-hitung, jumlah peserta UT itu hanya 15 persen dari keseluruhan PMI kita yang bekerja di Hong Kong,” kata Yaya menambahkan.
Para TKI yang mengikuti program perkuliahan di UT mengeluarkan biaya sendiri. Perkuliahan dilakukan melalui mekanisme jarak jauh dan tatap muka secara berkala. Ia berharap agar pemerintah harus mendukung penuh kegiatan ini untuk membantu para pekerja kita di luar negeri terhindar dari perbuatan negatif.
Tercatat jumlah warga Indonesia yang menjadi pekerja migran di Hong Kong saat ini diperkirakan mencapai angka 180 ribu orang. Mereka didominasi kaum pekerja perempuan di sektor informal dengan masa kontrak kerja dua tahun dan bisa diperpanjang sesuai kesepakatan antara pekerja dan majikan. (*)
Editor : Edi Faisol
The post Meski bekerja, para WNI di Hong Kong ini bisa meraih gelar sarjana appeared first on JUBI.