
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Mount Hagen, Jubi – Kelaparan mengancam di Hagen Central, Provinsi Western Highlands, dimana sekitar 3.000 penduduk dari beberapa kampung diserang hujan es selama 45 menit pada sore saat Natal lalu.
Hujan es itu menghancurkan semua kebun, lahan tani, dan ternak mereka, mengubah tanah suku Truka Memeka, Jiga Muguka, dan Kumuga-Paga menjadi lahan berwarna cokelat dan gersang.
Semua sayuran dan tanaman lainnya, termasuk umbi-umbian, telah kering atau membusuk – hancur akibat badai es sebesar bola kelereng.
Namun, 12 hari setelah bencana alam itu, belum ada bantuan bagi masyarakat kampung.
Pemerintah, politisi, dan tokoh-tokoh masyarakat, dan Pusat Penanggulangan Darurat dan Bencana Nasional, National Emergency and Disaster Centre, semuanya tampak bungkam atas nasib 3.000 masyarakat kampung.
Mantan asisten uskup Gereja Lutheran Injili, Zau Rapa, dari suku Truka Memeka, mengungkapkan bahwa makanan pokok mereka, ubi jalar (kaukau) sudah busuk akibat es yang mencair.
“Semua umbi yang masih baik yang digali dari kebun kita setelah hujan es sudah habis, apa pun yang ada di dalam tanah sekarang tidak layak untuk dikonsumsi manusia.”
Rapa menerangkan bahwa ternak mereka, seperti babi, dipaksa makan kaukau yang terkena penyakit tanaman.
“Manusia dan babi, kita semua bergantung pada kaukau untuk kelangsungan hidup kita,” tuturnya. “Kami akan mengalami kelaparan, kehidupan laki-laki, perempuan, dan anak-anak semua terancam.”
Rapa mengatakan bahwa lahan di kampungnya, Kampung Kunjika, dengan total populasi sekitar 1.500 jiwa, sangat dipengaruhi oleh bencana itu dan kini bersusah payah untuk bertahan hidup.
“Kelaparan sekarang adalah masalah besar di kampung saya. Tidak ada sayuran, tidak ada kaukau, kami bertahan hidup dengan apa pun yang bisa kami temukan atau selamatkan,” tambahnya.
Rapa menerangkan bahwa sejak bencana itu melanda, tidak ada bantuan yang datang dari kantor dan pusat penanggulangan bencana dan darurat provinsi atau pusat.
“Kamis lalu, Robin Yakumb, koordinator penanggulangan bencana provinsi, datang untuk meninjau dan menilai kerusakan akibat hujan es,” katanya. “Tidak ada lagi tanaman, tanah cokelat tandus seperti disemprotkan racun gulma. Kami sangat memerlukan pasokan bantuan, akar besar kaukau baru, dan pupuk untuk menumbuhkan sayuran dengan cepat untuk membangun kembali kehidupan kami. Diperlukan waktu sekitar enam bulan untuk bisa pulih sepenuhnya setelah bencana ini.“
Yakumb menegaskan kepada surat kabar The National bahwa penduduk kampung itu memerlukan bantuan mendesak. (The National)
Editor: Kristianto Galuwo
The post Beberapa kampung di PNG hujan es, masyarakat terancam kelaparan appeared first on JUBI.