Quantcast
Channel: Jubi Papua
Viewing all articles
Browse latest Browse all 15079

Uji Kompetensi Guru Sebaiknya untuk Diagnosis

$
0
0

Samarinda, Jubi/Antara – Pengamat Pendidikan asal Universitas Mulawarman Samarinda, Kalimantan Timur, Nanang Rijono, menyarankan Uji Kompetensi Guru (UKG) secara nasional pada November mendatang sebaiknya digunakan sebagai diagnosis.

“Berdasarkan jadwal sementara, UKG secara nasional digelar pada 9 November di sekitar 5.600 tempat di kabupaten/kota se- Indonesia. Saya berharap UKG bukan sekedar untuk mengetahui kemampuan guru, tapi sebaiknya sebagai bahan diagnosis,” katanya, di Samarinda, Sabtu (17/10/2015).

Apabila UKG digunakan untuk mengetahui kemampuan guru, lanjutnya, dampak negatifnya akan banyak. Misalnya, hasil UKG akan digunakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai kelayakan guru mengajar berdasarkan nilai yang diperoleh.

Jika model ini yang diharapkan, kalau mau jujur, akan banyak guru yang tidak layak lagi mengajar, karena berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, nilai guru dalam UKG rata-rata di bawah 50 baik kondisi di Kaltim maupun secara nasional.

Hal negatif lainnya, jika hasil nilai UKG digunakan sebagai acuan untuk membayar tunjangan sertifikasi, akan banyak guru yang berontak.

“Misalnya, jika nilai UKG guru pada kisaran 75-100 tetap mendapat tunjangan 100 persen, kemudian nilai 60-70 dibayar 75 persen, dan nilai 50 ke bawah dibayar 50 persen, atau menggunakan model lain, akan banyak guru yang kecewa dan tidak semangat lagi mengajar,” katanya.

Untuk itu, dia meminta agar hasil nilai UKG sebaiknya menonjolkan sebagai bahan diagnosis, yakni melihat sejauh mana keterampilan guru dalam mendidik siswa, kemudian jika ditemukan kelemahan, maka peta tersebut harus digunakan sebagai pembinaan guna meningkatkan kualitas guru.

Hal itu perlu dilakukan karena mencari guru itu sulit karena berkaitan langsung dengan upaya pemerintah meningkatan sumberdaya generiasi muda melalui jenjang sekolah formal.

Jika guru dinyatakan tidak layak mengajar lantas diberhentikan, maka akan banyak sekolah yang tidak memiliki tenaga pendidik, karena hingga kini masih banyak guru yang belum bersertifikasi, belum S1, bahkan yang bersertifikasi saja hasil tes UKG 2014 masih bernilai rendah.

Sedangkan kepada para guru dan dinas pendidikan di kabupten/kota, dia berpesan hendaknya mulai sekarang para guru mempelajari kisi-kisi bahan untuk UKG, membiasakan diri menggunakan komputer atau laptop karena UKG akan menggunakan sistem online atau ofline.

Selanjutnya, dinas pendidikan di kabupaten/kota harus aktif membina guru atau memfasilitasi pola yang akan diterapkan dalam UKG, aktif memberikan informasi jumlah soal yang diujikan, dan menjelaskan apakah pola yang diterapkan secara online maupun ofline, karena masing-masing daerah memiliki kemampuan berbeda dalam pemanfaatan teknologi. (*)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 15079

Trending Articles