Quantcast
Channel: Jubi Papua
Viewing all articles
Browse latest Browse all 15326

Membangun Sistem, Menahan Tradisi

$
0
0
murid murid sedang istirahat - Jubi.Islami

murid murid sedang istirahat – Jubi.Islami

Pattani, Jubi – Lonceng sekolah pukul 12.00 berbunyi. Murid Murid Pondok Pesantren Markaz Saqafah Al-AmahTebing Daerah Saiburi Wilaya Pattani, Thailand berlarian ke luar. Murid laki menggunakan sarung dan baju koko, sedang yang perempuan menggunakan baju kurun.

Kepala sekolah (pondok), Abdulrahman Saleh menyambut kami di depan gerbang. Demikian juga para guru. Seorang guru perempuan menyambut kami fasih berbahasa Indonesia, ternyata ia lulusan Universitas Negeri Islam (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Tuan sekolah (Pendiri) pondok pesantren, Ahmad Saleh pun menyambut kami dengan ramah di depan rumahnya.

“Tiap Rabu dan Kamis, murid menggunakan baju tradisi (Melayu). Sekarang anak anak istirahat. Mereka baru selesai pelajaran agama dari pagi, selepas sholat dan makan, mereka lanjut pelajaran akademik,” kata Tuan sekolah, Ahmad yang pernah belajar ke Mesir, Syiriah hingga Sudan.

Menurutnya, ada empat sistem sekolah yang berlangsung di wilayah patani, yang meliputi Pattani, Yala, Narathiwat dan 5 distrik di Songkhla yakni sistem kerajaan (nasional), pondok pesantren tradisional, campur (sistem kerajaan dan sekolah melayu) dan Sistem pondok dan sekolah kerajaan.

Sistem kerajaan (nasional) memiliki perbandingan materi akademik (matematika, IPA) yang besar dan agama hanya sedikit; Sistem pondok pesantren mengajarkan 100 persen pelajaran agama, sistem campur mengajarkan pelajaran agama dan akademik yang berimbang, sedang sistem pondok sekolah mengajarkan pelajaran agama yang lebih besar dibandingkan pendidikan akademik.

Pondok Pesantren Tebing adalah pondok pesantren yang menganut sistem pondok sekolah.

“Pada mulanya, sekolah ini saya buka hanya untuk mengajar anak anak membaca dan menulis aran dan Jawi saja. Namun setelah empat tahun, kami memasukan materi akademik juga, tetapi masih bersifat non formal,” ujar Tuan Sekolah.

Berdiri sejak 1397 H (1976 masehi) pondok ini menjadi salah satu poondok yang paling diminati di Pattani. Enam tahun berlalu, negara meminta agar sistemnya diubah menjadi sistem kerajaan. Setelah melewati proses yang panjang, negara menyetujui pengajaran dengan sistem pondok sekolah.

“Saat ini murid kami berjumlah 700 orang. 300 murid tinggal di dalam, lainnya pulang ke rumah,” lanjutnya. Seperti pada umumnya, pelajaran di kelas dimulai dari pukul 08.00 hingga 15.30. Khusus untuk yang tinggal di pondok, masih mendapatkan pelajaran agama selepas subuh dan sesudah magrib. Libur hanya pada hari Jumat.

Pondok pondok kayu sederhana menjadi rumah para murid. Satu pondok ditempati tiga orang murid. Dengan luas sekolah mencapai 3 hektar, pondok ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Lapangan olahraga, ruang makan yang luas, masjid dan ruang kelas yang memadai.

“Tiap tahun kami hanya mampu menerima 100 – 130 murid. Karena keterbatasan tempat tinggal maupun kursi. Tapi yang mendaftar mencapai 170 – 200 orang per tahun. Kami harus tolak mereka,” ujar kepala sekolah, Abdulrahman.

Negara rutin melakukan pengawasan, untuk memastikan sistem pengajaran sudah sesuai dengan yang disepakati. Untuk itu, sedikitnya dua kali setahun mereka mengecek silabus, jadwal, guru dan lain-lain.

Biaya pendidikan ditanggung oleh pondok. “Murid-murid hanya dikutip sedikit saja untuk uang electrik (listrik). Sumber pendapatan terbanyak dari zakat warga sekitar,” lanjut kepala sekolah.

Pelajaran agama di pesantren ini termasuk yang terbaik di Pattani. Mempelajar Al Quran, Kitab Kuning (kitab kitab ulama melayu) adalah materi yang diterima pada murid pada pagi dan malam hari.

Setelah membuka pondok hampir tiga puluh tahun lamanya, pondok lalu menghadapi permintaan warga untuk pendidikan tinggi

“Karena banyak pelajar lulusan tsanawiyah (menengah) yang tak ngaji (belajar), kebijakaan sekolah membuka sekolah diploma. Bagi Bagi ilmulah,” lanjut Kepala sekolah.

Tahun ini, pondok ini akan meluluskan jenjang diploma untuk keempat kalinya. Besar harapan tuan sekolah agar lulusannya dapat menempuh pendidikan ke Indonesia, Malaysia atau negara lainnya untuk meneruskan warisan budaya mereka. (Angela Flassy)

The post Membangun Sistem, Menahan Tradisi appeared first on tabloidjubi.com.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 15326