Papua No.1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi - Perusahaan pembuat sepeda Brompton Bicycle Inggris mencari salah satu sepeda yang dikabarkan sempat terlacak dijual di sebuah situs jual-beli Indonesia pada akhir Juni ini. Hal itu membuat geger komunitas sepeda Brompton Indonesia, karena sepeda curian tersebut adalah satu dari 1.000 sepeda yang khusus diproduksi Brompton untuk program "Wheels for Heroes" (WFH) dan seharusnya tidak diperjualbelikan.
Surat Brompton untuk komunitas pemilik sepeda Brompton di Indonesia, Brompton Owner Group Indonesia (BOGI), Brompton Inggris mengatakan, iklan sepeda WFH yang teridentifikasi tersebut bukan dari penjual resminya di situs jual-beli.
"Kami hendak memberikan pengumuman bahwa sepeda yang diiklankan di Indonesia tersebut adalah sepeda curian dari seorang pekerja kesehatan di Inggris," tulis Brompton dalam surat tersebut, diwakili Senior Asia Marketing Executive Brompton, James Ku.
Baca juga : Pesepeda berpotensi sebarkan Covid-19, ini penjelasan dinas kesehatan
Tour sepeda 100 KM digelar bulan depan di Nabire
Jakarta mulai berlakukan aturan jalur sepeda
Sebanyak 1.000 Brompton WFH itu diproduksi melalui aksi penggalangan dana untuk kemanusiaan dan ditujukan bagi pekerja medis di Inggris. Sekarang, sepeda curian tersebut kini sudah didaftarkan dalam daftar sepeda curian di Inggris.
"Kami memohon kepada komunitas pengguna Brompton, termasuk di Indonesia, untuk bisa memberikan informasi lebih jauh mengenai kejadian ini," kata Ku.
Brompton berharap dapat mendapatkan kembali sepeda tesebut untuk kembali dipakai oleh mereka yang berhak, yakni para pekerja kesehatan di Inggris.
Surat itu kemudian ditutup dengan permintaan dukungan dari para anggota komunitas Brompton di Indonesia. "Kami berharap pesan ini dapat disebarluaskan melalui jejaring media sosial komunitas yang ada, termasuk di komunitas BOGI dan Brompton Explore."
Banyak komentar yang dituangkan melalui unggahan tersebut oleh para anggota komunitas. Banyak di antaranya yang menanyakan soal iklan mana yang dimaksud oleh Brompton, karena jejak unggahan iklan itu belum teridentifikasi. (*)
Editor : Edi Faisol
↧