Quantcast
Channel: Jubi Papua
Viewing all articles
Browse latest Browse all 15070

Kota Jayapura Miliki Angka Buta Huruf Terendah di Papua

$
0
0
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies Baswedan menekan tombol sirene disaksikan Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal, Kadin P&K Papua, Elias Wonda dan Walikota Jatapura, Benhur Tommy Mano di Auditorium Uncen Jayapura, Kamis (12/11/2015) - Jubi/Abeth you

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies Baswedan menekan tombol sirene disaksikan Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal, Kadin P&K Papua, Elias Wonda dan Walikota Jatapura, Benhur Tommy Mano di Auditorium Uncen Jayapura, Kamis (12/11/2015) – Jubi/Abeth you

Jayapura, Jubi – Kota Jayapura merupakan satu-satunya kabupaten/kota yang memiliki angka buta huruf terendah di Provinsi Papua. Angka buta huruf di Papua tahun 2013 mencapai 32,63, sedangkan Kota Jayapura memiliki angka 0,14 persen.

“Kota Jayapura yang peringkat indeks pembangunan manusianya sudah tinngi secara nasional, dan memiliki angka buta aksara terendah di Provinsi Papua, sehingga patut apabila tahun ini memperoleh anugerah aksara dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada peringatan hari aksara internasional pada tingkat nasional pada tahun 2015 di Karawang Jawa Barat,” kata Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal dalam sambutannya pada peringan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-50 dan pencanangan Gerakan Indonesia Membaca (GIM) di Auditorium Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Kamis (12/11/2015).

Sejalan dengan visi misi Gubernur dan wakil Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe dan Klemen Tinal, lanjutnya, yaitu Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera. Pihaknya sudah membangkitkan semangat optimisme, membangkitkan rasa percaya diri.

“Terdapat 11 provinsi yang memiliki angka buta aksara tertinggi dan nomor satu masih di Papua. Tentu ini tidak membanggakan kita, tapi hari ini pemerintah provinsi Papua, pemerintah kabupaten/kota di Papua mempunyai komitmen yang tinggi dan kita yakin, nomor satu yang terbelakang lima tahun lagi kita buktikan bersama-sama akan menjadi yang terdepan yang terbaik dalam dunia pendidikan,” katanya.

Angka buta huruf di Papua tahun 2013 mencapai 32,63. Jumlahnya sangat variatif, beberapa kabupaten di pegunungan indeks pembangunan manusia (IPM) berada di bawah peringkat 497 secara nasional.

“Salah satu program prioritas adalah sektor pendidikan yang diharapkan harus benar-benar menjadi solusi yang tepat dalam pemberantasan buta aksara di seluruh tanah Papua,” katanya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Anies Baswedan mengatakan tidak ada kata terlambat dalam belajar bagi masyarakat dan harus memosisikan diri untuk terus menjadi pembelajar.

“Jabatan boleh berganti-ganti, posisi bisa berubah, tetapi sifat dan kegiatan belajar harus dalami setiap hari saat entah dengan usia apapun,” katanya.

Karena itu, dirinya meminta semua unsur harus sadar, kekayaan terbesar bangsa Indonesia juga termasuk kekayaan terbesar masyarakat Papua tidak berada di tanah airnya. Kekayaan terbesar ada pada manusianya.

“Manusia adalah kekayaan terbesar kita. Dahulu ketika masa penjajahan, peta Indonesia ini hanya dipandang sebagai peta sumber daya alam. Indonesia dipandang tanah yang dikeruk kekayaannya di sektor minyaknya, ambil energi gasnya manusianya ditinggalkan. Karena itu, seluruh Indonesia kondisinya sama,” tuturnya.

Menurutnya, awal Indonesia hidup mandiri setelah penjajahan, angka melek huruf hanya 5 persen. Sementara 95 persen buta huruf. Hal itu terjadi pula di Papua. Baswedan mengajak masyarakat papua untuk tidak beranggapan terlambat dalam belajar.

“Jangan pernah berkata Papua terlambat. Tidak! Di Papua ada masa depan yang cemerlang, ada masa depan yang gemilang dan masa depan itu jangan bicara soal kekayaan alam, tetapi kita bicara indeks pembangunan manusianya. Kita harus menonjolkan itu,” katanya.

Baswedan mengingatkan agar masyarakat Papua jangan hanya berpikir kekayaan alam saja, karena itu Ia menyambut baik gerakan yang dibangun Gubernur dan Wakil Gubernur membuat Papua bangkit, Papua mandiri.

“Dan dari sini kita akan nampak kualitas-kualitasnya yang hebat dan membanggakan masyarakatnya di Papua dengan program Papua harus sejahtera,” ujarnya.

Wali Kota Jayapura, Benhur Tommy Mano mengatakan, pihaknya terus memberantas buta aksara di kota Jayapura. Pada tahun 2009 angka tersebut turun mencapai 0,77 persen.

“Dan pada tahun 2013 mengalami penurunan signifikan yaitu mencapai 0,14 persen serta pada tahun 2014 angka melek aksara mencapai 99,90 persen. Ini keberhasilan dari kerja keras dari pengelola PKBM sebagai penyelenggara pendidikan keaksaraan dan para pendidik serta tenaga kependidikan yang menjadi perpanjangan tangan dari kami,” kata Mano. (Abeth You)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 15070

Trending Articles