
Noldi (40 tahun) Ketika Akan Menjajakan Dagangannya di Halaman Parkir Salah Satu Intansi Pemerintah di Kota Jayapura, Akhir Pekan Lalu – Jubi/Arjuna
Jayapura, Jubi – Sejak menginjakkan kaki di Papua 10 tahun silam, Noldi (40 tahun), menekuni berdagang aksesoris keliling. Beragam barang ia jajakan, mulai dari dompet, kalung/gelang besi putih, jam tangan, hingga powerbank. Barang-barang itu ia pesan dari pemasok di Jakarta setiap satu atau dua bulan sekali.
Harga yang ditawarkan bervariasi sesuai jenis dan model barang. Dompet harga Rp 100ribu–Rp 150ribu. Jam tangan Rp 100ribu-Rp250ribu, kalung/gelang besi putih Rp 80rib –Rp 150 ribu, dan powerbank di kisaran Rp 250ribu-Rp 500ribu.
Sejak 2007, Noldi memilih Kota Jayapura dan Sentani sebagai ‘daerah operasi’ setelah sebelumnya di Kota Sorong, Papua Barat.
“Jika di Jayapura sepi pembeli, saya ke kabupaten lain, seperti Merauke atau Wamena, berjualan selama dua atau tiga bulan,” kata Noldi, akhir pekan lalu.
Ia tak menarget keuntungan besar. Meski untung sedikit, yang penting dagangannya laku dan pembeli tak menawar kurang dari modal.
“Saya dapat untung Rp10ribu – Rp 20ribu tak masalah,” ucapnya.
Selain pemukiman penduduk dan pusat keramaian, ia juga menawarkan dagangannya di berbagai instansi pemerintah dan swasta. Setiap hari Noldi mulai aktivitasnya pukul tujuh pagi hingga lima sore.
“Kalau lagi mujur, saya bisa dapat keuntungan Rp 200ribu sampai Rp 300ribu sehari. Tapi kadang barang dagangan saya tak satupun yang laku,” katanya.
Banyak suka duka yang dirasakan ayah Dandi Marganas (15 tahun) dan Nofiar (8 tahun) itu selama berdagang keliling. Sukanya, jika dagangan banyak yang laku. Dukanya, kalau ada calon pembeli menawar dibawah harga modal.
“Kalau tidak dikasih kadang marah-marah. Saya juga beberapa kali dipalak orang mabuk,” katanya.
Di Kota Jayapura, suami Aisyah (37 tahun) ini, tinggal bersama beberapa rekan seprofesinya di kontrakan wilayah APO. Ia hanya bisa bertemu istri dan anaknya di Padang sekali setahun. Setiap menjelang Idul Fitri, Noldi mudik ke kampung halaman.
“Setiap bulan saya hanya kirim uang untuk keluarga saya. Nominalnya tergantung keuntungan saya setiap bulannya,” ucapnya.
Andreas, salah warga yang membeli dagangan Noldi, mengatakan ia cenderung suka membeli barang yang dijajakan penjual aksesoris keliling ketimbang di pasar atau mall.
“Bisa menawar setengah dari harga. Misalnya, dompet yang saya beli ini, harga yang ditawarkan Rp 150ribu, saya bisa dapat Rp 80ribu. Kualitasnya tak kalah dengan yang dijual di mall atau pasar,” katanya. (Arjuna Pademme)
Caption: