
Delegasi mendengarkan presiden Prancis Laurent Fabius saat memberikan speech.- AFP
Jayapura, Jubi – Negara-negara di Paris yang membicarakan perubahan iklim di dunia memberikan umpan balik kritis pada rancangan terbaru dari kesepakatan yang telah dibuat. Negara-negara dari kawasan Pasifik lebih kritis sebagai negara yang paling terdampak dan bahkan terancam hilang.
Setelah beberapa penundaan dari konferensi perubahan iklim COP21 di Paris, Presiden Prancis Laurent Fabius, merilis kesepakatan perubahan iklim versi terbaru yang lebih pendek dari teks kesepakatan terdahulu pada Rabu sore waktu setempat.
Pada kesepakatan 29 halaman itu, rancangan baru dari teks merupakan yang terpendek dari kesepakatan sebelumnya, dan tiga-perempat dari isinya, yang menunjukkan bagian yang harus diselesaikan, telah dihapus di kesepakatan baru ini.
Presiden Fabius menekankan, kesepakatan versi baru itu bukan teks final dan, sementara kemajuan telah dibuat, ia mengatakan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Negara-negara menduga draft teks kesepakatan baru itu dibuat selama lima jam, dan memberikan umpan balik kepada presiden Perancis dalam sidang terbuka komite Paris.
Mewakili kelompok bagian Selandia Baru, Australia, Peter Woolcott mengatakan pada konferensi draft teks itu bukanlah kesepakatan ambisius yang sedang dicari kelompoknya.
Banyak negara mengatakan teks baru itu tidak seimbang, dengan sindiran tim dari Malaysia bahwa kesepakatan itu memang seimbang sehingga membuat setiap orang tidak senang.
Mantan duta besar perubahan iklim Selandia Baru, Adrian Macey, mengatakan tahap negosiasi selalu akan rumit, dan beberapa hari ke depan akan menjadi sangat penting. “Kami membutuhkan semacam kesadaran kritis bahwa kita belum sampai di sana dan ada sedikit waktu jadi kita perlu melakukan lebih banyak dengan cara lain,” katanya, mengutip Radio New Zealand, Kamis (10/12/2015).
Isi kesepakatan baru itu mencakup tiga pilihan untuk membatasi kenaikan suhu global, yaitu tetap di bawah 2 ° C; tetap di bawah 1,5 ° C, atau—pilihan kompromi—menjaga kenaikan di bawah 2 ° C tetapi meningkatkan upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencoba menjaga kenaikan suhu hingga kurang dari 1,5 ° C. (Yuliana Lantipo)