
Musa Mudestus Boma, Yali Wenda dan Samuel Womsiwor – Jubi/Ist
Enarotali, Jubi – Enarotali, Jubi – Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (BEM FISIP) Uncen, Yali Wenda mengatakan berbagai kegiatan ekstrakulikuler hingga berbagai kegiatan akademisi dari pemerintahan maupun lembaga non pemerintahan di lingkungan kampus membuat kehancuran independensi mahasiswa.
Menurutnya, seharusnya mahasiswa tidak terkooptasi dengan kepentingan elit manapun agar sejalan dengan pedoman organisasi mahasiswa sebagai tercantum dalam Kepmendikbud no. 155 tahun 1998 dan AD/ART Kabesma UNCEN sendiri.
“Dalam keadaan seperti ini terlihat juga ketika lembaga Uncen memainkan perannya terhadap niat yang dianggap baik oleh elit-elit tertentu itu dengan membiarkan keadaan itu terus menghujani organisasi mahasiswa,” kata Yali Wenda kepada Jubi melalui press release, Minggu (20/12/2012).
Melihat dinamika tersebut, ia berharap mahasiswa Uncen tidak pasrah dengan keadaan tersebut, lalu menganggap hal itu sebagai kebiasaan dan rutinitas atau melatih kepopulerannya. Karena menurutnya, nantinya menjadikan ini sebagai panggung untuk turut menghancurkan independensi mahasiswa itu sendiri.
Untuk menjalankan tugas kepengurusan mahasiswa, BEM dan MPM Uncen kemudian menaikkan iuran SMPT dari Rp 20.000 menjadi Rp 50.000 untuk menunjang dinamika dan aktivitas mahasiswa Uncen seperti yang terpampang pada baliho di halaman kampus Uncen Abepura.
“Kenaikan iuran UKT mahasiswa atau SPP dianggap sebagai suatu penyesuaian terhadap keadaan zaman atau modernisasi dan juga untuk pengembangan rutinitas kegiatan mahasiswa. Namun di manakah miliaran uang mahasiswa sebelumnya,” tanya Wenda.
Menurutnya, uang sebesar Rp 20.000 x 5000 mahasiswa yang tidak sebanding dengan kegiatan dan pengeluaran mahasiswa dan atau SPP tunggal yang jumlahnya di luar kemampuan orang tua mahasiswa, sebab SPP tunggal tersebut masih saja diselingi dengan pungutan liar dari dosen tertentu tanpa pengawasan dari pimpinan kampus.
Sedangkan, menurutnya, lembaga Uncen terus sibuk untuk merombak dan mengintervensi gerakan mahasiswa sebagaimana pada papan yang pernah dipasang pada pagar kampus Uncen Waena, terutama pada point keenam.
“Yakni mahasiswa dilarang berdemo, dan jika melanggar akan berhadap dengan pihak berwenang hingga penguluran waktu pelantikan pimpinan mahasiswa, penundaan bahkan penolakan terhadap suatu kegiatan mahasiswa yang dianggap berlawanan dengan kepentingan kampus. Dan jika tidak ada mahasiswa yang kritis terhadap hal yang dianggap adalah suatu masalah, maka beginilah keadaannya,” tuturnya.
Salah satu mahasiswa, Musa Mudestus Boma mendesak agar BEM dan MPM Uncen segera mengembalikan iuran yang dinaikkan menjadi Rp 50.000 seperti sedianya yakni Rp 20.000, mengingat belum adanya pertanggungjawaban yang jelas dari pihak lembaga dan pengurus mahasiswa Uncen periode sebelumnya terkait dana sebesar Rp 20.000 x sekitar 5000-an mahasiswa yang dipungut setiap tahun.
“Jumlah uang tersebut tidak sebanding dengan pergelaran kegiatan mahasiswa, dan kalau pun ada kegiatan mahasiswa itu gandengan lembaga tertentu (proposal kegiatan). Dan jika sudah ada mahasiswa yang membayar, lembaga harus mengambalikannya, sebagai bentuk tanggung jawab moril dan kedewasaan lembaga dalam mengatur keuangan mahasiswa Uncen itu,” imbuhnya.
Lanjutnya, pihaknya mendesak lembaga Universitas Cenderawasih dalam hal ini pihak rektorat untuk menjelaskan jalur administrasi keuangan mahasiswa Uncen, dari SPP tunggal atau UKT Mahasiswa hingga biaya operasional mahasiswa beasiswa dan operasional kegiatan mahasiswa dari pusat (Kementerian Pendidikan) hingga daerah dengan gelontoran miliaran dana Otsus dan bantuan biaya pendidikan lainnya.
“Jika lembaga Uncen tidak mampu untuk menjawabnya sesuai mekanisme UU Keterbukaan Publik No. 14 tahun 2008, kami Mahasiswa Uncen akan memanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk melihat situasi apa yang sebenarnya terjadi di Universitas Cenderawasih ini, terhadap keuangan yang tujuannya adalah mendidik kami mahasiswa Universitas Cenderawasih,” kata Musa.
Oleh karena itu, diharapkan lembaga Uncen untuk menjawabnya secara terbuka di hadapan mahasiswa Uncen pada pembukaan kuliah semester genap tahun 2016 nantinya.
“Lembaga Uncen stop mengintervensi kegiatan dan aktivitas mahasiswa atau ke independenan mahasiswa,” katanya. (Abeth You)