
Presiden RI, Joko Widodo – Jubi/Islami
Nabire, Jubi – Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Papua diharapkan dapat mengambil kebijakan untuk menghentikan penembakan yang kerap mengorbankan warga sipil di Tanah Papua.
“Presiden Jokowi ke Papua mesti mengumumkan gencatan senjata untuk kedua belah pihak (TNI/Polri dengan Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TPN PB). Ini penting untuk keluar dari krisis di Papua yang belum berakhir,” ujar Ketua Dewan Adat Daerah (DAD) Paniai, John NR Gobai kepada Jubi melalui telepon selulernya, Rabu (30/12/2015).
John menyebutkan, selama darah warga sipil jatuh diakibatkan oleh tindakan kekerasan, termasuk kekerasan negara melalui aparatusnya.
“Kalau kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan dendam. Dendam akan melahirkan kekerasan. Itu siklus kekerasan yang selama ini terjadi di Tanah Papua,” katanya.
Fungsionaris Dewan Adat Papua (DAP) ini juga menyatakan, TPN/OPM bukan teroris.
“Itu keliru. Mereka masyarakat yang juga punya organ, entah diakui atau tidak, tetapi mereka adalah tentara. Karena itu, perlu dipandang dan ditempatkan sebagai pihak yang perlu diajak bicara,” katanya.
Menurut dia, kelompok yang berseberangan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia mesti dihadapi dengan pendekatan dialog, bukan dengan kekerasan. Polda Papua menyatakan akan mengejar pelaku penyerangan Polsek Sinak, Kabupaten Puncak, Minggu (27/12/2015).
Penyerangan yang terjadi sekitar pukul 20:15 WIT, menewaskan Bripda Rasyid (32), Bribda Armansyah (37), dan Bripda Ilham (37) serta dua lainnya mengalami luka. Beberapa pucuk senjata dikabarkan dirampas kelompok penyerang. Polda Papua sigap dengan membentuk tim gabungan Polri dan TNI untuk mengejar para pelaku. Namun, menurut Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes (Pol) Patrige Renwarin, Selasa (29/12/2015), timnya belum berhasil dan masih akan bekerja ekstra. Timsus Polda Papua diperkuat tiga Pleton Brimob masing-masing dari Jayapura, Timika dan Puncak Jaya sudah berada di Sinak untuk mengejar dan menangkap pelaku.
Lekhaka Telenggen (Leka Telenggen) yang mengaku sebagai pimpinan TPN-PB di wilayah Puncak menyatakan siap bertanggung jawab atas peristiwa penyerangan Polsek Sinak.
“Saya siap bertanggung jawab dalam peristiwa ini. Saya dan anggota sedang was-was di markas kami untuk mengatisipasi serangan balik,” ujar Telenggen ketika dihubungi Jubi, Senin (28/12/2015).
Lekhaka Telenggen kerap dituding sebagai pelaku kekerasan bersenjata di Kabupaten Puncak maupun Kabupaten Puncak Jaya. Padat Januari 2014, ia dituding menembaki iring-iringan mobil aparat keamanan dari Kompi E Yonif 751 Rider yang dipimpin Letnan Satu Infanteri Alafa di Pintu Angin, Mulia, Puncak Jaya. Telenggen juga dituding menembak dua anggota Brimob di Ilaga, ibu kota Kabupaten Puncak, awal Desember 2014. Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo berharap agar aparat keamanan dapat bertindak tegas.
“Kejadian penembakan di Sinak, saya perintahkan aparat harus tegas,” katanya kepada wartawan saat melakukan kunjungan kerja ke Jayawijaya, Papua, Rabu (30/12/2015).
Sementara Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Polisi Badroidin Haiti mengungkapkan, polisi telah mengambil langkah pengejaran bersama TNI agar melakukan upaya pengejaran dan menindak tegas agar pelaku kejahatan tersebut dapat dihukum.
“Kemarin terjadi kontak tembak dan kemungkinan ada satu dari kelompok mereka (Gelagak Murib) yang meninggal, tetapi jenazahnya kita tidak berhasil ambil dan kepastian itu kita dapat dari masyarakat yang melaporkan kepada kita,” kata Kapolri ketika ditemui wartawan di Bandara Wamena, Rabu. (Hengky Yeimo)