
Warga Tambrauw, Papua Barat ketika menyaksikan penyu belimbing – Jubi/Niko
Sorong, Jubi – Bupati Tambrauw, Papua Barat, Gabriel Asem meminta agar penyu belimbing sebagai maskot konservasi kabupaten itu dilindungi dan dilestarikan.
“Penyu ini pergi ke California untuk mencari makan, kawin di sana lalu kembali lagi ke Tambrauw untuk bertelur,” katanya kepada Jubi di Tambrauw, Selasa (2/2/2016).
Ia menyebutkan ketika manusia mengonsumsi telur penyu itu, maka populasinya terancam punah.
“Masyarakat lokal itu sering mengonsumsi telur penyu atau bahkan dia jual untuk kebutuhan hidup, untuk membiayai kehidupannya,” katanya.
Warga Tambrauw, Dominias Kocu mengakui pemerintah daerah sudah memberikan sosialisasi pada seluruh masyarakat agar telur penyu tidak dikonsumsi dan tidak dijual, tetapi harus dijaga dan dilestarikan. Penyu belimbing yang biasanya memiliki usia 100 hingga 150 tahun dengan berat mencapai 800 kg ini merupakan satwa yang bebas hidup di laut.
Penyu belimbing tidak sama dengan penyu hijau atau penyu lainnya. Perbedaan yang paling mencolok yaitu penyu belimbing tidak bisa ditangkar.
“Jadi kita kumpul masyarakat untuk kita sosialisasi. Kita berikan pemahaman dan itu ulang-ulang kita lakukan. Masyarakat Kabupaten Tambrauw, khususnya yang di pesisir itu sudah sejak lama bersahabat dengan penyu,” katanya.
Menurut dia, untuk mewujudkan misi kabupaten itu, menjadi kabupaten konservasi.
Kabupaten Tambrauw memiliki luas sekitar 11.900 km2. Dari luas itu, 80 persen wilayahnya menjadi daerah konservasi, hutan lindung, cagar alam. “Yang dimanfaatkan hanya sekitar 20 persen. Kebijakan perihal daerah konservasi diatur melalui tata ruang wilayah,” katanya.
Daerah dengan panjang pasir pantai 18 km, di sebelah barat berbatasan dengan Filipina dan Jepang, serta berhadapan langsung dengan California, AS itu menjadikan Kabupaten Tambrauw sebagai habitat penyu belimbing terbesar di dunia.
“Penyu belimbing ini perlu harus benar-benar dijaga benar-benar dilestarikan kalau tidak akan punah,” kata Dominias. (Niko MB)