
Jayapura, Jubi – Pertumbuhan ekonomi Papua mengalami pertumbuhan positif pada triwulan ke empat tahun 2015. Secara keseluruhan, terjadi pertumbuhan ekonomi sebesar 7,97 persen. Pertumbuhan ini terjadi karena Ekspor Netto yang tumbuh disebabkan base effect.
Hal ini disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua, Joko Supratikto, kepada wartawan di Jayapura, Rabu (2/3/2016).
Menurut Joko, Base Effect yang dimaksud adalah kebutuhan masyarakat yang harganya diatur pemerintah dan stabilnya harga komoditas yang harganya sering bergejolak.
“Inflasi di Papua turun dari 7,07 persen ke 3,57 persen. Penurunan inflasi disebabkan oleh Base Effect,” katanya.
Terkait perbankan, lanjutnya, kondisi triwulan ke empat tahun 2015 secara umum menunjukkan pelemahan. Di sisi lain, pelemahan terjadi pada penghimpunan dana giro dan deposito yang mengalami kontraksi dibanding tahun 2014.
Pertumbuhan kredit perbankan mengalami penurunan. Namun disisi lain, aktivitas interemediasi perbankan masih relatif stabil. Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan naik dari 55 persen menjadi 62 persen. Sementara Non Performing Loan (NPL) alias kredit macet mengalami penurunan dari 6,01 persen menjadi 5,03 persen.
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Papua selama 2016 akan meningkat hingga 9,59 persen dibandingkan tahun 2015.
“Faktor utama yang mempengaruhi asesmen tersebut adalah kinerja lapangan usaha pertambangan yang semakin meningkat,” katanya.
Perkiraan BI, assesment memprediksi kategori pertambangan akan tumbuh sedikit di atas 10 persen selama 2016.
“Inflasi Papua selama 2016 diperkirakan akan berada pada interval 3,8 persen sampai 4,8 persen,” kata Joko. (Enrico Karubuy)