Quantcast
Channel: Jubi Papua
Viewing all articles
Browse latest Browse all 15326

Orang Asli Papua Ingin Belajar Bikin Martabak?

$
0
0
Lapak kuliner martabak dan terang bulan milik Yudhi di Perumnas II waena, Jayapura - Jubi/Sindung
Lapak kuliner martabak dan terang bulan milik Yudhi di Perumnas II waena, Jayapura – Jubi/Sindung

Jayapura, Jubi – Meski masih dikatakan belum seumur jagung membuka lapak martabak dan terang bulan di daerah Perumnas II Jayapura, Yudhi warga Perumnas II mempersilahkan Orang Asli Papua yang ingin belajar bidang kuliner dari India ini.

“Saya sangat mendukung dan membuka lebar bagi siapapun yang ingin belajar, terutama kepada saudara saya dari Papua yang ingin belajar menggeluti bidang kuliner ini,” kata Yudhi kepada Jubi, Rabu (8/3/2016)

Yudhi mengaku sering ditanyai oleh masyarakat asli Papua, kebanyakan dari kalangan mahasiswa, terkait resep dan cara membuat martabak ataupun terang bulan. Sayangnya, mereka tidak mau langsung praktek untuk membuat adonan dan menjualnya.

“Dulu saya belajar itu butuh waktu 2 bulan lebih. Saya ditempa terus untuk belajar membuat dan menjualnya. Hasilnyapun akan berbeda kalau hanya sekedar bertanya, tapi tidak dipraktekkan,” lanjutnya.

Pria berdarah Jawa ini, mengaku dulunya sopir angkot ketika datang ke Jayapura. Tapi dia tidak berhasil secara ekonomi. Lalu dirinya banting stir untuk menekuni lapak bidang kuliner khususnya martabak dan terang bulan.

Iapun mengaku mendapatkan penghasilan yang cukup lumayan dengan menjual martabak dan terang bulan. Ia dapat menyisihkan keuntungan bersih kurang lebih sekitar 4-6 juta/bulan.

“Ini tentu proses, dan saya masih terus belajar untuk memberikan yang terbaik bagi konsumen supaya tidak lari. Mempertahankan konsumen itu berbeda dengan mencari, sehingga perlu keseriusan berusaha. Harga martabak itu bervariasi tergantung dengan selera konsumen. Saya patok harga dari Rp 15 ribu hingga Rp 50 ribu,” tegasnya.

Elifas, salah satu mahasiswa Papua mengaku ingin belajar membuat martabak dan terang bulan. Hanya saja, dia mengaku sedikit canggung untuk mulai belajar, terutama melayani konsumen.

“Kami pasti bisa belajar untuk bikin martabak, tapi melayani orang yang beli itu yang susah. Mungkin perlu kepercayaan diri,” kata Elifas.

Kepercayaan diri pada Orang Asli Papua (OAP) memang harus dibangun. Hal ini ditegaskan pula oleh mantan Duta Besar Indonesia untuk Kolombia, Michael Manufandu. Ia berpandangan, OAP hidup dalam ketidakadilan ekonomi sekalipun Otonomi Khusus yang mengamanatkan aksi afirmasi untuk OAP sudah sekian lama diberlakukan di Tanah Papua. Kenyataan ini terbangun karena sekian lama pula, OAP hidup dalam mentalitas korban.

“Mengubah mental korban ini sangat sulit. Kita perlu bangun kepercayaan diri kita sendiri. Jika kepercayaan terhadap diri sendiri bisa dibangun, maka kepercayaan orang lain pada kita, OAP, akan terjadi dengan sendirinya,” kata Manufandu. (Sindung Sukoco)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 15326

Trending Articles