Jayapura, Jubi – Kaum terpelajar asal Kabupaten Jayawijaya yang tergabung dalam Forum Bersatu Rekonsiliasi Kabupaten Jayawijaya (Foberja) berkomitmen untuk membangun Jayawijaya berdasarkan nilai-nilai hidup dalam Honai (rumah adat).
“Saya mau kamu bicara di honai,” kata Alex Hesegem, mantan wakil Gubernur Papua, dalam acara doa rekonsiliasi Foberja yang dilaksanakan di Waena, Kota Jayapura, Papua, Rabu (23/3/2016).
Hesegem mengajak semua kaum terpelajar ke honai. Karena, menurut Hesegem, pembangunan wilayah itu tidak bisa dari pembicaraan di jalan-jalan. “Honai harus menjadi pusat pengambilan keputusan,” katanya.
Hesegem menyampaikan hal itu sebagai respons atas refleksi yang disampaikan sejumlah tokoh terpelajar Jayawijaya, Paskalis Kossy, Tadius Mulait, Lesman Tabuni dan Jerry Wetipo.
Jerry Wetipo menyebutkan, daerah itu mulai berubah drastis dari Pemerintah Belanda ke Pemerintah Indonesia.
Bupati pertama dalam pemerintahan Indonesia, Andreas Karma, membuat wilayah itu tidak ada lagi perang suku. Perdamaian itu meledak lagi dalam pemerintahan Albert Dien, berpuncak pada peristiwa berdarah 1977.
Teddy Mulait mengatakan perubahan nilai-nilai hidup baik sangat signifikan. Nilai-nilai moral yang pernah dalam kehidupan komunal dilupakan ketikkan budaya baru, yang menekankan kehidupan individualistik.
“Kita sudah tidak lagi bercerita bersama, makan bersama. Kita terkotak-kotak dalam sikap yang egois dan tidak menghargai sesama lain,” kata Teddy, penulis buku ‘Kebudayan Yawijaya’ itu.
Sementara Paskalis Kossy merefleksikan bahwa perubahan yang disampaikan itu bagian dari kerusakan jati diri orang Yali, Huwula dan Lani yang ada di Kabupaten Jayawijaya.
“Kerusakan jati diri. Budaya jati diri, budaya kerja, budaya hidup bersama hilang. Karena itu, kita perlu membangun kembali dengan kepemimpinan yang kuat,” kata Paskalis. (Mawel Benny)