
Jayapura, Jubi- Hari ini, Jumat (25/3/2016) salah satu peletak dasar pesepak bola Papua, HB Samsi telah pergi untuk selamanya menghadap Sang Pencipta di Kota Malang, Jawa Timur. Peletak dasar sepakbola di Papua ini meninggal dalam usia 84 tahun. Almarhum meninggalkan tiga orang anak yang sudah dewasa dan berkeluarga.
“Beliau selalu berpesan kalau mau prestasi sepak bola di Papua meningkat kita harus berani mengontrak dan menghargai mereka sesuai sehingga mereka juga mampu berprestasi,”kata Ferdinando Fairyo salah satu anak didik HB Samsi dalam pesan singkatnya kepada Jubi,Jumat(25/3/2016).
Dia mengatakan HB Samsi meninggal dan disemayamkan di rumah duka Jalan Gotong Royong Malang. “Rencana pemakaman masih menunggu anak-anak dan kemungkinan dimakamkan Sabtu atau Minggu,”kata Nando mengutip pernyataan istri mendiang HB Samsi dari Kota Malang.
Kata Nando, mendiang HB Samsi sebagai inspirator dan spirit bagi sepak bola di Tanah Papua dan Persipura.
“Sabar melatih anak-anak Papua, membentuk karakter anak anak Papua yang terkenal dengan sifat pemalas dan malas tahu,”kata Ferdinando Fairyo salah satu anak didik HB Samsi angkatan 1986 di Diklat Sepakbola Papua.
Kata Nando, beliau mulai menekuni sebagai pelatih sejak 1960 an hingga angkatan Diklat Sepakbola Irja 1986. “Usai kami merebut medali emas 1993 di Jakarta, kami langsung memperkuat Persipura yang waktu itu degradasi ke Divisi Utama,”kata Ferdinando Fairyo.
Pada 1988, HB Samsi sebagai pelatih kepala dan Abdon Rumabar sebagai asisten membawa Persipura Juara Divisi I dan selanjutnya kembali ke Divisi Utama Liga Utama Sepak bola Indonesia. “Kami alumni PON 1993 yang mengembalikan Persipura dari degradasi ke Divisi Utama sampai sekarang juara ISL empat kali,”kata Ferdinando seraya menambahkan saat itu HB Samsi yang mengembalikan Persipura ke jalur Divisi Utama.
Kata Nando mereka termasuk angkatan terakhir dari anak-anak muda Papua yang ikut Pendidikan dan Latihan Sepak bola di Lapangan Mandala sejak 1986. “Saya dan kawan-kawan selama enam tahun ikut berlatih bersama HB Samsi dan Hengki Rumere di Mandala,”kata Nando seraya menambahkan selama ikut pendidikan beliau juga memberikan materi kepelatihan. Tak heran kalau selama di Diklat sepakbola beberapa pemain sudah mampu mengatur dan menyusun pemain. “Saya ingat kalau Pak Samsi hari ini memerintahkan saya menyusun dan mengatur pemain. Besoknya Carolino Ivakdalam dan selanjutnya Ritham Madubun yang mengatur dan bertindak sebagai pelatih,”kata Nando.
Selain itu HB Samsi juga memberikan latihan-latihan khusus, misalnya Izaac Fatari setiap hari mendapat materi tambahan khusus latihan heading. “Begitu pula Cris Leo Yarangga setiap hari melatih tendang bola dengan kaki kiri sehingga akhirnya kedua kakinya sama-sama kuat,”kata Fairyo.
Angkatan pertama PPLP irian Jaya dibawah pelatih HB Samsi dan Hengki Rumere berhasil melahirkan generasi emas Papua antara lain Aples Tecuari, Crist Leo Yarangga, alm Ritham Madubun, alm Izaac Fatari, Carolino Ivakdalam, Johanes Bonay, David Saidui pencetak gol pantat di babak final PON 1993 melawan DI Aceh.
Sementara itu Nico Dimo salah satu eks punggawa Persipura era 1970 an mengaku beliau sangat berjasa dalam mengembangkan sepak bola di Papua khususnya Persipura. “Sejak 1960 an dengan menumpang kapal motor beliau bersama pemain Persipura berangkat ke Ambon dan Makassar ikut pertandingan penting,”kata mantan penjaga gawang Persipura era 1970 an. Dia menambahkan sangat kehilangan seorang pelatih yang berjasa dalam memajukan sepak bola di Tanah Papua khususnya Persipura Mutiara Hitam.(Dominggus Mampioper)