Clik here to view.

Manokwari, Jubi/Antara – Dokumen bahasa dan budaya Papua banyak tersimpan dan mudah ditemukan di perpustakaan Belanda dan Jerman.
Hal itu dikatakan Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Papua (Unipa) Manokwari, Papua Barat, Andreas Deda, Rabu (20/4/2016).
“Dokumen bahasa, budaya, lagu-lagu daerah, dan cerita rakyat masyarakat Papua banyak terdokumentasi secara rapi di perpustakaan luar negeri. Paling banyak bisa kita temukan di perpustakaan Belanda dan Jerman,” katanya.
Ia berpendapat, masyarakat dan pemerintah lambat mendokumentasikan bahasa dan budaya suku-suku di daerah ini.
Menurutnya, Undang-Undang nomor 21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Papua, mengamanatkan adanya perlindungan, keberpihakan dan pemberdayaan.
Ia pun berharap pengambil kebijakan di daerah memperhatikan regulasi tersebut.
“Sekarang dibutuhkan peran para ahli untuk mendata kembali dan mempertahankan semua itu,” ujarnya.
Papua memiliki sebanyak 271 bahasa daerah. Setiap suku dan subsuku masing-masing memiliki bahasa. Namun banyak bahasa yang sudah punah.
“Masyarakat maupun pemerintah tidak memiliki dokumen atau catatan tenang bahasa suku asli Papua tersebut,” katanya.
“Misalnya di Teluk Wondama, Papua Barat yang saat ini rata-rata masyarakat lebih cenderung menggunakan bahasa Wamesa atau Wandamen. Padahal di situ ada lebih dari 10 suku yang masing-masing memiliki bahasa sendiri,” katanya.
Keturunan dari setiap suku di daerah tersebut masih ada sampai saat ini, tetapi sudah tidak mengetahui bahasa sukunya. Bahkan, tidak ada lagi satu pun penutur bahasa suku tersebut. (*)