
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Meskipun Provinsi Papua masih dikategorikan rawan pangan dan mendapat rapor merah dari Kementerian Pertanian, namun Badan Ketahanan Pangan dan Koordinasi Penyuluhan Papua mengklaim kondisi pangan di Bumi Cenderawasih masih aman.
Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Koordinasi Penyuluh Provinsi Papua, Roberth Eddy Purwoko, mengatakan indikator kerawanan pangan tidak semuanya menunjukkan Papua krisis pangan. Hanya saja dari sembilan indikator, masih ada yang belum dipenuhi Papua.
“Pangan kita cukup, tetapi akses-akses terhadap lainnya tidak memenuhi atau masih terbatas otomatis rapor-nya masih merah,” kata Roberth di Jayapura, Senin (16/12/2019).
Ia menjelaskan sembilan indikator yang selama ini menjadi penilaian yakni, rasio konsumsi terhadap ketersediaan pangan, penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, rumah tangga yang lebih dari 65 persen pengeluarannya untuk pangan, rumah tangga tanpa akses listrik, tingkat pendidikan perempuan, akses air bersih, jumlah tenaga kesehatan, balita stunting, dan tingkat angka harapan hidup.
“Sembilan indikator ini harus naik bersama-sama, makanya Papua masih mendapat rapor merah soal pangan. Tetapi, yang harus diingat tidak semua daerah di Papua mengalami krisis pangan. Sebab, Kabupaten Jayapura, Merauke, dan Kabupaten Mimika kondisi ketahanan pangannya masih stabil,” ujarnya.
Di samping itu, tingkat konsumsi masyarakat Papua akan beras sangat rendah, sementara pemerintah pusat mengukur atau mapping ketahanan pangan berdasarkan sumber pangan karbohidrat dari serialia atau padi-padian.
“Hal ini juga menyebabkan penilaian rendahnya penilaian. Tetapi kalau itu bisa dikonversi ke sagu atau ubi jalar jelas Papua akan berlebih soal pangan,” jelasnya.
“Apalagi lahan sagu yang ada di Papua terbesar di dunia atau sekitar 2,5 juta hektar. Ini yang belum diperhitungkan oleh Kementerian Pertanian untuk menghitung ketersediaan pangan Papua. Sebab 1 juta hektare sagu kalau dimanfaatkan dengan baik maka bisa memberi makan satu Indonesia,” sambungnya.
Roberth Eddy Purwoko menambahkan luasan lahan sagu di Papua terbanyak di Kabupaten Merauke, Boven Digoel, Mappi, Asmat, dan Kabupaten Mimika.
“Yang harus diingat pemerintah pusat, sagu mempunyai kandungan indeks gula yang rendah ketimbang beras,” ujarnya.
Sekretaris Daerah Papua, Hery Dosinaen, mengatakan di Papua yang menjadi masalah adalah transportasi karena ketersedian pangan di Papua sangat banyak, seperti di Merauke yang merupakan lumbung padi.
Sementara untuk daerah pedalaman, terkadang faktor cuaca juga mempengaruhi hasil tanam masyarakat. Namun, semua itu tidak jadi masalah karena pangan di Papua cukup tersedia.
“Meskipun Indonesia mengalami krisis ekonomi, Papua selama ini tidak ada persoalan mengenai pangan karena alam sudah menyediakan,” kata Hery. (*)
Editor: Dewi Wulandari
The post Meskipun rapor merah, kondisi pangan di Papua masih aman appeared first on JUBI.