Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi - Kepala Bea Cukai Jayapura, Albert Simorangkir, mengakui kawasan perbatasan RI-Papua Nugini (PNG) rawan penyelundupan berbagai komoditas khususnya vanili dan ganja. Dua komoditas itu yang paling banyak diselundupkan dari wilayah PNG ke Jayapura atau melalui Kabupaten Keerom.
"Untuk vanili biasanya langsung diproses dengan memberikan denda membayar pajak bea masuk sedangkan untuk pelaku penyelundupan ganja diserahkan ke BNN guna diproses hukum," kata Simorangkir di Jayapura, Selasa (30/6/2020).
Dia mengakui belum semua wilayah perbatasan ada petugas bea cukai akibat keterbatasan personel dan beberapa faktor penyebab lainnya.
"Karena itulah saat ini yang terisi di PLBN Skouw, Jayapura, dan pos Waris yang masuk wilayah Kabupaten Keerom," kata Simorangkir, seraya menambahkan selama 2019 Bea Cukai Jayapura berhasil mengumpulkan pendapatan negara dari bea masuk dalam rangka impor sebesar Rp16,5 miliar.
Dia mengakui berbagai makanan kaleng asal PNG yang dijual bebas belum dikenakan pajak bea masuk karena biasanya dibawa masyarakat pelintas tradisional.
“Namun ke depan berbagai komoditas yang saat ini dijual bebas di Jayapura akan dikenakan bea masuk,” kata Simorangkir.
Kantor Bea Cukai Jayapura membawahi 14 kota dan kabupaten di Papua termasuk tiga wilayah yang berbatasan dengan PNG yaitu Kota Jayapura, Kabupaten Keerom, dan Kabupaten Pegunungan Bintang.
Sebelumnya diberitakan Bea Cukai Jayapura menerima bea masuk dan pajak impor vanili asal Papua Nugini sebesar Rp2,4 miliar.
Kepala Bea Cukai Jayapura, Senin (29/6/2020), mengakui pajak impor Rp2,4 miliar itu diterima dari 12 ton vanili yang masuk melalui Bandara Sentani.
"Memang ada dua kali penerbangan dari dua Kota di PNG yaitu Port Moresby dan Wewak yang dipasok pengusaha di Jayapura," katanya.
Awalnya impor vanili pada Jumat (5/6/2020), pesawat Air Niugini membawa lima ton vanili namun karena tidak mendapat izin dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua, pesawat beserta barang barang yang diangkut terpaksa kembali ke PNG.
"Setelah dilakukan pengurusan perizinan, Kamis (11/6/2020), vanili tersebut tiba (kembali) di Bandara Sentani,” kata Albert, seraya menambahkan pengusaha dari PT. M kemudian Jumat (26/6/2020) memasok lagi sebanyak tujuh ton vanili.
Vanili merupakan salah satu komoditas andalan dari PNG yang banyak dilirik pengusaha di Jayapura.
"Mudah-mudahan ke depan komoditas tersebut lebih banyak dan sering masuk ke Jayapura hingga dapat memberikan nilai tambah yakni pajak impor dan bea masuk serta memberikan lapangan pekerjaan karena tanaman tersebut tidak dapat langsung dikirim dan diproses di Pulau Jawa," ungkap Albert Simorangkir. (*)
Editor: Dewi Wulandari
↧