Ketua Demisioner Gapensi kabupaten Merauke, Hengki Ndiken. Jubi/Frans L Kobun
Merauke, Jubi – Dari 380-an kontraktor yang bergabung dibawah naungan Gapensi Kabupaten Merauke, 20 persen adalah putra-putri Papua. Jika dibandingkan dengan beberapa tahun silam, hampir tidak ada anak asli terutama orang Marind berkencimpung sebagai kontraktor.
Demikian disampaikan Ketua Demisioner Gapensi Kabupaten Merauke, Hengky Ndiken saat ditemui Jubi disela-sela Musda Gapensi yang berlangsung di Merauke, Jumat (6/11/2015). Dikatakan, ketika dirinya diberikan amanah menahkodai Gapensi beberapa tahun silam, salah satu program yang dilaksanakan adalah mendorong sekaligus memotivasi anak-anak Marind menjadi kontraktor.
Setelah mereka menjadi kontraktor dan bernaung di bawah Gapensi, pihaknya terus membangun komunikasi dengan setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Merauke termasuk pemberi kerja agar diikutsertakan dalam melakukan tender proyek.
Diakui jika dalam berkompetisi, para pengusaha lokal belum bisa bersaing dengan penguasa dari luar daerah. “Ya, itu karena aturan dan amanat Kepres. Sehingga kompetisi dalam melakukan tender proyek sangat ketat dan harus tetap mengacu kepada aturan,” ujarnya.
Disinggung apakah dirinya masih maju dalam pencalonan bursa Ketua Gapensi Kabupaten Merauke, Hengky mengaku mundur karena amanat dari anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi. Bagaimanapun juga, ia tetap menghormati aturan. Sehingga tetap mundur dan memberikan kesempatan kepada orang lain bersaing.
“Satu saja yang saya titipkan adalah jika sudah terpilih Ketua Gapensi Kabupaten Merauke dalam Musda ini, maka utamanya adalah bagaimana memberikan perhatian kepada anak-anak asli Papua yang sudah menjadi kontraktor dan bernaung di bawah organisasi dimaksud,” pintanya.
Salah Seorang Kontraktor Putra Asli Marind, Paulus Samkakai mengaku, dirinya merasa senang ketika menggeluti dunia tersebut. Karena banyak manfaat didapatkan. “Kami juga selalu bersaing secara sehat tatkala ada tender proyek yang dilakukan,” ungkapnya. (Frans L Kobun)