Quantcast
Channel: Jubi Papua
Viewing all articles
Browse latest Browse all 15657

PGGP : Ini 4 Hal Pemicu Konflik Di Papua

$
0
0
Sekretaris PGGP) Hardus Desa saat menyampaikan materi pada Pelatihan Jurnalistik Kreatif Untuk Perdamaian Tahap II, Bagi Pemuda Pemudi Gereja - Jubi

Sekretaris PGGP) Hardus Desa saat menyampaikan materi pada Pelatihan Jurnalistik Kreatif Untuk Perdamaian Tahap II, Bagi Pemuda Pemudi Gereja – Jubi

Jayapura – “Tiap massa punya masalah dan tiap zaman mempunyai kewajiban untuk menjawab masalah. Ada 4 hal refleksi mendalam pemicu konflik di Tanah Papua dalam perspek­tif Persekutuan Gereja-Gereja di Tanah Papua (PGGP), dalam situasi pimpinan gereja berjalan masing-masing,” kata, Sekretaris PGGP) Hardus Desa saat menyampaikan materi pada Pelatihan Jurnalistik Kreatif Untuk Perdamaian Tahap II, Bagi Pemuda Pemudi Gereja, Jumat (18 Desember 2015).

Ia mengatakan, melihat kondisi yang semakin parah, pimpinan gereja menyadari untuk menghindari bahaya konflik. Lalu gereja mencanangkan untuk membangun Papua Tanah Damai dengan mencari indikator-indikator Papua Tanah Damai.

Orang Asli Papua, lanjutnya, mengalami suasana peralihan dalam beberapa aspek kehidupan yang tidak seimbang. Saat itu situasi Pa­pua masih hingar-bingar maka mudah terjadi konflik. Konflik yang dialami oleh rakyat Papua menurut Hardus Desa sebagai berikut.

Pertama, Masyarakat Papua berada dalam periode transisi budaya, adat istiadat. Orang Papua merasa terganggu, karena adat dan budayanya mulai tidak tertata. Adatnya mulai dipengaruhi budaya modern. Adat budaya mulai hilang berganti kehidupan dunia modern. Masyarakat Papua hidup dalam “kehilangan pegangan prinsip hidup bermutu”.

Kedua, suasana kependudukan, suasana kemajemukan yang tidak disadari. Padahal kemajemukan sudah dimulai pemerintah sejak tahun 80–an. Pada tahun 90-an sangat gencar kapal putih datang membawa banyak orang dari luar Papua dan berkembang di tengah tengah rakyat.

“Transmigrasi besar-besaran yang terjadi sejak tahun 70-an hingga 80-an menjadi kan Tanah Papua sangat terbuka bagi depopulasi. Saat itu, perbandingan orang asli Papua dengan non Papua itu 90 berbanding 10. Namun pada tahun 2000-an penduduk Orang Asli Papua dan non papua itu sudah mencapai 50:50. Penduduk ditahun 2015 sekarang saya tidak tahu jumlahnya sudah berapa, namun di kota-kota besar di Papua terjadi perubahan proporsi kehidupan,” jelas Sekretaris PGGP ini.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 15657

Latest Images

Trending Articles