
Logo Aliansi Jurnalis Independen – Jubi/IST.
Jayapura, Jubi – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen Kota Jayapura akan menggelar Konferensi Kota (Konferta) dan Seminar Penyiaran pada Sabtu (20/2/2015) di Grand Abe Hotel, Jayapura, Papua.
Ketua Panitia Lokal Konferta dan Seminar Penyiaran, Nunung Kusmiaty kepada Jubi mengatakan, seminar yang dimulai pukul 09.00 WIT itu dimulai dengan seminar penyiaran. Karena itu, diharapkan agar rekan-rekan jurnalis mengambil bagian dalam kegiatan tersebut.
Sedangkan, untuk Konferta, menurut Nunung yang juga Redaktur Harian Pagi Papua (HPP) tersebut mengatakan hanya dikhususkan untuk anggota AJI Kota Jayapura. “Konferta ini untuk memilih Ketua AJI Kota Jayapura yang terbaru,” ujarnya.
Menurut Nunung, pembicara dalam seminar tersebut yaitu Septer Manufandu sebagai pengamat, Haj Rusdi Anwar dari akademisi dan anggota Komisi Penyiaran Informasi Daerah (KPID) Provinsi Papua, dan Jhon Gobay, ketua Dewan Adat Paniai.
Seminar dengan tema ‘Konten Lokal TV yang Merawat Kebhinnekaan: Mungkinkah?’ dipilih dengan alasan karena daya jangkauannya yang begitu luas. Media terutama televisi punya kuasa membentuk pemahaman kita atas realitas.
Sekretaris panitia lokal, Musa Abubar menambahkan bahwa setidaknya 91,55 persen penduduk Indonesia berusia di atas 10 tahun menonton televisi (BPS, 2012). Ironisnya, meski jumlah stasiun TV bertambah, konten yang ditampilkan cenderung seragam.
“Berbagai kajian mengungkap betapa televisi kikir menyajikan kekayaan Nusantara. Di layar kaca, Indonesia tidaklah bhineka. Aneka muatan yang terkesan merendahkan kebudayaan non-Jakarta juga menerbitkan keprihatinan tersendiri.
Di sisi lain menurut Musa wartawan ANTARA itu melanjutkan, publik sering dianggap sebagai kerumunan pasif, menerima begitu saja konten yang diciptakan industri. Penonton seolah hanya menjadi angka dalam rating tanpa kuasa untuk memengaruhi tayangan. Namun, berbagai kajian menunjukkan bahwa dalam taraf tertentu, penonton mampu merespons atau setidaknya, memilih.
“Untuk itu, diperlukan masukan, tanggapan, kritik dari berbagai pihak, khususnya sektor masyarakat, terutama dari daerah-daerah yang jauh dari ibukota atau pemusatan kepemilikan TV. AJI Indonesia bekerja sama dengan AJI Jayapura, mengadakan diskusi publik untuk menjaring pendapat publik,” katanya. (Roy Ratumakin)